Upacara dalam Puisi
Selayaknya puisi ketika dibaca ia harus lantang dan jelas intonasinya. Begitu juga dengan Teks Proklamasi, Pancasila, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dibaca dan dilantangkan oleh sekelompok pegiat seni dan sastra siang tadi di Taman Rancho Indah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sekelompok tersebut adalah pegiat seni dan sastra yang tergabung dalam Komunitas Ranggon Sastra. Mereka mengibarkan dan mengobarkan semangat berkarya melelui momentum Ulang Tahun ke-71 Negara Republik Indonesia.
Semangat itu dikibarkan dan dikobarkan bersama dengan kibaran bendera Merah Putih pada salah satu pohon yang berdiri tegak di tepi jalan di taman tersebut. Mereka membakar pagi dengan peluh dan suara yang tak kalah sengau dan bising dibandingkan kendaraan yang lalu-lalang di jalanan yang mengitari taman.
Beberapa pasang mata pun menelanjangi kibaran peluh dan lantang suara pagi jelang siang itu. Tepat pukul 11.45 WIB lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan lantang. Tak peduli pada roda-roda yang bising dan kaki yang berjejal. Mereka tetap melantangkan semangat lewat lagu itu. Teks Proklamasi dan lainnya pun dibaca dengan lantang layaknya membaca sebuah puisi di panggung atau di pinggir jalan.
Anggora (sebutan untuk anggota Ranggon Sastra) kembali membuat matahari sejenak merenung tentang keabsurdannya. Kenapa tidak. Upacara yang diadakan siang tadi merupakan upacara sederhana dan sewajarnya, juga unik. Upacara sederhana tersebut menggunakan alat seadanya dan sewajarnya. Mulai dari tiang bendera yang menggunakan pohon yang tegak berdiri di taman tersebut dan tali untuk mengerek bendera pun menggunakan tali rafia yang sengaja dibuat untuk memperingati upacara tersebut. Peserta, pemimpin, dan inspektur upacara pun memakai pakaian bebas dan sopan menurut adat seni kelompok seni tersebut. Unik, bukan!
Hari ini, anggora kembali euforia dengan suara lantangnya. Mereka bertekad untuk terus berkarya demi bangsa dan tanah air tercinta. Melalui upacara siang tadi mereka juga akan terus mencintai tanah air ini dengan menjaga juga melestarikan budaya membaca juga budaya berkarya.
Merdeka!!!
Jakarta, 170816