Mitologi Pelangi dalam Masyarakat Madura
Tidak ada pelangi bagi masyarakat Madura
Pelangi atau biasa disebut juga bianglala dalam kamus memiliki arti lengkung spektrum warna di langit, tampak karena pembiasan sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun.
Namun, bagi masyarakat Madura pelangi memiliki arti lain. Hal ini sudah menjadi kepercayaan yang telah berlangsung lama bahkan saat ini sebagian masih memercayainya. Pelangi bagi masyarakat Madura bukan sekadar ragam warna yang melengkung dan membuat pesona yang sangat memukai bagi yang memandanginya. Masyarakat menyebut ragam warna tersebut dengan sebutan “Andeng” yakni, semacam hewan mitologi yang dipercaya bahwa hewan tersebut sengaja turun dari langit dan meminum air yang mengalir di sungai-sungai serta aliran air lainnya.
Masyarakat percaya bahwa adanya hewan tersebut sebagai penanda musim kemarau akan segera tiba. Dan benar. Tidak lama dari turunnya hewan tersebut (yakni pelangi) musim kemarau benar-benar datang.
Kepercayaan tersebut turun-temurun hingga generasi kami. Sewaktu kecil saya dan anak-anak yang lain ketika melihat ragam warna yang disebut “Andeng” (dalam istilah Madura) melengkung, kami percaya bahwa itu adalah hewan yang selalu diceritakan orang tua kami, bahwa hewan tersebut sedang meminum air yang terdapat di sungai dan aliran air lainnya sehingga kami tidak pernah berani ke sungai selagi “Andeng” tersebut masih minum.
Masyarakat Madura hingga saat ini masih banyak yang percaya akan hal itu. Bahkan anak-anak yang hidup dan besar di pedalaman menyebut ragam warna yang melengkung tersebut dengan sebutan “Andeng” bukan pelangi. Sebuah kepercayaan yang masih berkembang yang membuat saya penasaran dan menyebutnya bahwa di Madura tidak ada pelangi yang ada hanyalah “Andeng”. Namun, bagi akademisi kepercayaan tersebut hanya menjadi mitos yang telah mewarnai masa kecilnya. Termasuk saya. Tetapi, ada saja dan masih banyak yang masih percaya akan mitos tersebut.
Foto: “Andeng” (pelangi) di depan rumahku lebaran lalu.
View this post on Instagram