Aku Palestina
Aku Palestina Setelah tubuhku luluh Menjadi asap tebal di lempengan pualam Panas serasa kosong Mata tak terpejam Semua bagai api yang keruh Aku hanya...
Aku Palestina Setelah tubuhku luluh Menjadi asap tebal di lempengan pualam Panas serasa kosong Mata tak terpejam Semua bagai api yang keruh Aku hanya...
Perempuan yang Menunggu Bus Ia mengira, bus akan datang Membawa rentetan kata yang tersusun rapi Menjadi nama yang sedang ia sebut Di halte itu...
(Perempuan Penjual Kenangan II) Kampung itu kembali digegerkan oleh suatu yang tak pernah diminta dan diharapkan oleh penduduknya. Dua tahun lalu, kampung yang begitu...
Membaca puisi seperti menyeberangi sebuah jembatan gantung yang begitu panjang pada ketinggian yang lumayan tinggi. Sang pembaca akan dipenuhi perasaan yang berbeda, mulai dari...
Baiklah, aku memutuskan untuk pergi ke Bandung. Demi mewujudkan rasa dan perasaan penasaranku pada sebuah pertemuan yang semua orang anggap hanya khayalan. Khayalan tentang...
Ada yang tengah duduk Meminjam matahari yang karam Dan mereguk gelisah Ada yang tengah merajuk Pada angin yang silam Menyeduhnya menjadi pilu Aku dan...
Kampung itu tiba-tiba geger oleh sebuah peristiwa pada suatu pagi yang begitu damai. Seorang gadis yang tak seorang pun tak mengenalnya tiba-tiba hilang setelah...
Pada sore kemarin (Rabu, 22/03/17) saya teringat sebuah puisi karya maestro sastra Indonesia, W.S. Rendra, salah satu lariknya berbunyi seperti ini, “Apa yang bisa...
Bagi sebagian orang puisi menjadi sebuah lorong panjang yang tak berujung. Liuk, lekuk, dan kelok kata yang berjajar seakan jembatan terjal yang sulit diseberangi....
Selama satu tahun (2016) Malam Puisi Komunitas Ranggon Sastra yang pernah menjadi rumah bagi puisi dan tempat mencari tumpukan kata yang berserakan bagi anggota...